Visi, Reformasi, dan Modernisasi I
Menjadi Model Pelayanan Masyarakat Yang Menyelenggarakan Sistem danManajemen Perpajakan Kelas Dunia, Yang Dipercaya dan DibanggakanMasyarakat.
Visi DJP diatas pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 2000-an. Mungkin tahun 2002, saya sendiri tidak tahu persis. Begitu saya baca, kata-kata “Manajemen Perpajakan Kelas Dunia” terasa menggelikan. Kelas dunia? Ah, bercanda kamu! Apalagi ditambah “dipercaya dan dibanggakan”. Apanya yang dibanggakan?
Visi itu ditempel hampir disetiap kantor. Visi DJP, masing-masing kantor juga membuat visi dan misi sendiri-sendiri. Bahkan visi dan misi itu, dicetak sebagai footer untuk setiap surat keluar.
Visi itu, saya yakin,hanya akan mengundang cibiran pembacanya saja. Mereka mungkin bilang, “visi dimana .. kenyataan dimana .. bagaikan bumi dan langit ...”
Terus terang saya juga begitu awalnya. Lembaga ini sebenarnya seperti kapal “butut” yang sudah tidak layak. Mungkin jika diibaratkan bus kota, seperti bus PPD reguler. Tidak laik jalan, penumpang selalu penuh sesak, jalan sambil miring, ke kiri, tapi sangat dibutuhkan oleh kondektur & sopir. Jelek sih, tapi ...
Tapi sejak kampanye modernisasi semakin gencar, cahaya di lembaga ini mulai bersinar walaupun masih redup. Masih subuh, maklum! Dimulai dengan pendirian LTO, Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Diteruskan dengan reformasi moral, etika, dan integrasi.
Progam reformasi moral, etika, dan integrasi dimulai dengan pengiriman pegawai pajak ke Darut Tauhid pimpinan Aa Gym di Geger Kalong, Bandung. Setiap tahun, beberapa gelombang dikirim. Saya termasuk yang dikirim pada tahun pertama. Sampai sekarang program ini masih berlanjut. Sampai dengan bulan April, untuk tahun 2007 sudah ada lima gelombang.
Selain itu, ada kegiatan perlombaan keagamaan secara nasional. Ada lomba pidato agama untuk Islam, Kristen, dan Hindu. Pemenang lomba pidato agama Islam diberi ongkos naik haji (ONH), pemenang agama Kristen ziarah ke Yerussalem, dan pemegang agama Hindu ziarah ke India. Walaupun program ini cuma satu kali, saya yakin program ini sukses “membangunkan” alam bawah sadar pegawai pajak bahwa DJP berubah!
Ada lagi program reformasi moral, etika, dan integrasi, yaitu inhouse training ESQ. Diikuti oleh Direktur Jenderal Pajak sendiri, para direktur dan kepala kantor wilayah (eselon II), para kepala kantor dan eselon III lainnya, serta pegawai lain. Dan tentu saja ada agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.
Saya kebetulan termasuk yang beruntung ikut ESQ ini. Beberapa hari setelah ESQ training ini, saya dan seorang teman yang ikut training dipanggil oleh kepala kantor. Dimintai pendapat tentang training itu. Kepala kantor juga cerita bahwa ada beberapa kepala kantor yang sudah bertekad untuk bersih setelah ikut ESQ training ini. No more KKN! Memulai lembaran baru. Fantastis, pikirku waktu itu.
[bersambung, tulisan satu dari tiga]
Visi DJP diatas pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 2000-an. Mungkin tahun 2002, saya sendiri tidak tahu persis. Begitu saya baca, kata-kata “Manajemen Perpajakan Kelas Dunia” terasa menggelikan. Kelas dunia? Ah, bercanda kamu! Apalagi ditambah “dipercaya dan dibanggakan”. Apanya yang dibanggakan?
Visi itu ditempel hampir disetiap kantor. Visi DJP, masing-masing kantor juga membuat visi dan misi sendiri-sendiri. Bahkan visi dan misi itu, dicetak sebagai footer untuk setiap surat keluar.
Visi itu, saya yakin,hanya akan mengundang cibiran pembacanya saja. Mereka mungkin bilang, “visi dimana .. kenyataan dimana .. bagaikan bumi dan langit ...”
Terus terang saya juga begitu awalnya. Lembaga ini sebenarnya seperti kapal “butut” yang sudah tidak layak. Mungkin jika diibaratkan bus kota, seperti bus PPD reguler. Tidak laik jalan, penumpang selalu penuh sesak, jalan sambil miring, ke kiri, tapi sangat dibutuhkan oleh kondektur & sopir. Jelek sih, tapi ...
Tapi sejak kampanye modernisasi semakin gencar, cahaya di lembaga ini mulai bersinar walaupun masih redup. Masih subuh, maklum! Dimulai dengan pendirian LTO, Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Diteruskan dengan reformasi moral, etika, dan integrasi.
Progam reformasi moral, etika, dan integrasi dimulai dengan pengiriman pegawai pajak ke Darut Tauhid pimpinan Aa Gym di Geger Kalong, Bandung. Setiap tahun, beberapa gelombang dikirim. Saya termasuk yang dikirim pada tahun pertama. Sampai sekarang program ini masih berlanjut. Sampai dengan bulan April, untuk tahun 2007 sudah ada lima gelombang.
Selain itu, ada kegiatan perlombaan keagamaan secara nasional. Ada lomba pidato agama untuk Islam, Kristen, dan Hindu. Pemenang lomba pidato agama Islam diberi ongkos naik haji (ONH), pemenang agama Kristen ziarah ke Yerussalem, dan pemegang agama Hindu ziarah ke India. Walaupun program ini cuma satu kali, saya yakin program ini sukses “membangunkan” alam bawah sadar pegawai pajak bahwa DJP berubah!
Ada lagi program reformasi moral, etika, dan integrasi, yaitu inhouse training ESQ. Diikuti oleh Direktur Jenderal Pajak sendiri, para direktur dan kepala kantor wilayah (eselon II), para kepala kantor dan eselon III lainnya, serta pegawai lain. Dan tentu saja ada agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.
Saya kebetulan termasuk yang beruntung ikut ESQ ini. Beberapa hari setelah ESQ training ini, saya dan seorang teman yang ikut training dipanggil oleh kepala kantor. Dimintai pendapat tentang training itu. Kepala kantor juga cerita bahwa ada beberapa kepala kantor yang sudah bertekad untuk bersih setelah ikut ESQ training ini. No more KKN! Memulai lembaran baru. Fantastis, pikirku waktu itu.
[bersambung, tulisan satu dari tiga]
Komentar